Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Lentera Hati

Senin, 08 Januari 2018

Gelisah

          Perasaan gak kerasan, merasa kurang, terasing dalam tubuh sendiri, itu adalah ciri jiwa yang gelisah. Jangankan saat tubuh kita sakit, tatkala tubuh sehat pun sejumlah orang, jiwanya gelisah di dalam tubuhnya. Sebagian orang menutupi jiwanya yang gelisah dengan mengenakan baju yang indah. Ada yang menyembunyikan dengan tertawa sekencang-kencangnya. Bahkan ada juga yang mengistirahatkannya di tengah rumah megah. Tapi mata tidak pernah bisa berbohong, sebenarnya ada jiwa yang gelisah di dalam sana.

          Salah satu ciri jiwa yang gelisah adalah memuja pikiran. Mencari semuanya melalui pikiran yang kritis. Sebagai akibatnya, semakin keras ia mencari jawaban melalui pikiran kritis, semakin gelisah jiwanya. Belajar dari pengandaian bahwa pikiran kritis adalah sebagai bayangan bulan, maka layak direnungkan untuk melangkah berlawanan arah dengan pikiran kritis. Bila mengikuti bayangan bulan hanya berjumpa badan yang basah, arah sebaliknya betul-betul melangkah menuju bulan. Ciri utama pikiran kritis adalah penuh keraguan, maka arah yang berlawanan adalah keyakinan dan kepercayaan. Ciri lain dari pikiran kritis adalah licik, sehingga lawannya adalah tulus dan jujur.

          Berikutnya melatih diri untuk tulus dan jujur. Dalam ajaran islam kita mengenal syahadat yang artinya penyaksian. Jadi tidak hanya penyaksian terhaadap Allah dan urusan-Nya, bahkan untuk menyaksikan semuanya; alam dan seisinya. Sebagai akibatnya, jiwa mengeti bahwa masa lalu penih pelajaran, masa depan inspirasi, dan masa kini adalah hadiah terbaik yang dimiliki manusia. Makanya dalam bahasa inggris masa kini disebut the present (hadiah). Jiwa-jiwa yang sudah pulang mengerti, tidak ada yang perlu ditunggu, yang ada hanya masa kini yang abadi, untuk diisi sepenuh hati.

          Inilah jiwa yang indah. Ia tidak memiliki sesuatu yang ditunggu, ia tidak memiliki beban mengejar tujuan, ia istirahat di saat ini mensyukuri apa yang didapati. Terutama karena kesadaran bahwa semua sempurna apa adanya. Mari, jangan biarkan jiwa gelisah terus mendera!.




Oleh : Faizunal Abdillah

          

0 komentar:

Posting Komentar